***SELAMAT DATANG DI SITUS PONDOK PESANTREN DARUSSALAM KOTA METRO LAMPUNG***
Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks
  • Dengan bertemakan : Meneladani sifat rasulullah saw
  • Mukhoyyam Al-Qur’an kali ini kami menampilkan hal yang berbeda, yaitu dengan melaksanakan mukhoyyam al-qur'an di luar PonPes Darussalam Kota Metro tepatnya di batu putu Kecamatan Teluk Betung utara, Bandar Lampung
  • Dengan bertemakan : Kemuliaan bulan Muharrom serta tradisi yang berkembang di masyarakat
  • Membangun asrama putra dan toko Pon-Pes
Status Panel Admin
Jam Sekarang
Tanggal
Salam Sapa :
Status Admin :
User : User Online
Berita Terkini

Pengaruh Keimanan Terhadap Perorangan

A.Ketabahan dan Kekuatan Iman Rasulullah dan Para Sahabat
   Sejak kecil Nabi Muhammad Saw. selalu diuji keatabahannya, Muhammad lahir dalam keadaan yatim karena ayahnya Abdullah, meninggal dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminanah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah sa’diyyah. Dalam asuhannyalah Muhammad dibesarkan sampai usia empat tahun. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalm asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun dia menjadi yatim piatu.
   Setelah Aminah meninggal, Abdul Mutalib mengambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggalkan dinuia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib, dia sangat disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk makkah secara keseluruhan, tetapi dia miskin.
    Pada masa kerasulan, setelah dakwah dilaksanakan secara terang-terangan, pemimpin kaum Qurais mulai berusaha mengahalangi dakwah rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy. Setelah secara diplomatik dan bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum Quraisy gagal, tindakan- tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan.

B.Beberapa Peristiwa yang Menimpa Orang Beriman di masa Makkah
   Rasulullah lah orang yang beriman yang selalu di anaiaya dan di zalimi, seperti ketika Rasullah akan shalat di dekat ka’bah  maka Uqbah bin Abu Mu’ith, meletakan kotoran di antar pundak tatkalah beliau sedang sujud kepada Allah. Saat itu Rasulullah yanga ssedang sujud, tetap dalam keadaan sujud dan tidak mengangkat kepala beliau. Hingga Fathimah datang menghampiri beliau, lalu membuang kotoran itu dari punggung beliau.
   Menurut Ibnu Ishaq, orang-orang yang biasa menyakiti Rasulullah selagi di dalm rumah adalah Abu Lahab, Al-Hakam bin Abul-Ash bin Umayyah, Uqbah bin Abu Mu’ith, Adi bin Hamra’ Ats-Tsaqafi, Ibnul-Ashda’ Al-Hudzali, yang semuanya merupakan tetangga beliau. Tak seorang pun di antara mereka yang masuk Islam selain Al-Hakam bin Abul-Ash. Diantara mereka ada yang melamparkan isi perut seekor domba selagi beliau sedang shalat. Di antara mereka ada pula yang meletakkannya di dalam periuk beliau.[2]
   Gangguan dan siksaan-siksaan seperti ini tidak begitu berarti bagi diri Rasulullah, karena beliau memiliki kepribadian yang tidak ada duanya, berwibawa dan dihormati setiap orang, umum maupun khusus. Di samping itu, beliau masih mendapat perlindungan dari Abu Thalib, orang yang paling disegani dan dihormati di Makkah. Tetapi bagi orang-orang muslim, terlebih lagi mereka yang lemah, mak semua itu terasa amat sangat beratdan pahit. Pada saat yang sama setiap khabilah pasti menyiksa siapapun yang condong kepada Islam dengan berbagai mavam siksaan. Sedangkan orang-orang yang tidak mempunyai khabilah, maka mereka diserahan kepada para pemuka kaum, untuk mendapatkan berbagai macam tekanan.
Selagi Abu Jahal mendengar seseorang masuk Islam, mak dia memperingatkan, menakut-nakuti, menjanjika sejumlah uang dan kedudukan, jika orang tersebut dari kalangan oaarang yang terpandang. Namun dia akan melancarkan pukulan dan siksaan jika oarang yang masuk Islam dari kalangan orang awam dan lemah.
   Paman Utsman bin Affan pernah diselubugi tikar dari daun korma, lalu diasapi dari bawahnya. Tatkala ibu Mushab’ab bin Umair tahu anaknya masuk Islam, maka dia tidak diberi makan dan diusir dari rumah. Padahal dia bisa hidup enak, sehingga kulitnya mengelupas seperti ular yang berganti kulit.
Bilal yang saat itu menjadi budak Umayyah bin Khalaf, pernah dikalungi tali di lehernya, lalu dia diserahkan kepada anak-anak kecil untuk dibawa berlari-lari di sebuah bukit di Makkah, sehingga lehernya membilur karena bekas jaratan tali itu, karena memang Umayyah mengikat tali itu kencang-kencang, dan masih ditambahi lagi dengan pukulan tongkat. Suatu hari Abu Bakar lewat selagi orang-orang Quraisy berbuat seperti itu terhadap bilal. Lalu Abu Bakar membeli Bilal dengan seorang pemuda berkulit hitam. Ada yang berpendapat, Abu Bakar membelinya dengan tujuh uqiyah atau lima keping perak, lalu memerdekakannya.[3]
   Pada masa Makkah ini, penduduk Makkah melakukan kekejaman terhadap kaum Muslimin. Mendorong Nabi Muhammad untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Makkah. Pada tahun tahun kelima kerasulannya, Nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat pengungsian, karena Negus (raja) negeri itu adalh seoorang yang adil. Rombongan pertama sejumlah sepuluh orang pria dan empat oranga wanita.

C.Pengaruh Iman dalam Membentuk Jamaah di Madinah
    Setelah tiba dan diterima penduduk Yastrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin penduduk kota itu. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi sebagai kepala negara. Dengan katalain, dalaam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaaan spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.[4]
    Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangaunan masjid, selain untuk tampat shalat, juga sebagai sarana penting untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, di samping sebagai tempat bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi  dan juga sebagai pusat pemerintahan.
   Dasar kedua, adalah ukuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama Muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Madinah, dan Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan denan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Dengan mengadakan perjanjian, yang menjamin kebebasan orang-orang Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agamnenek moyang mereka.
   Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin beratmbah kuat. Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang Makkah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinani-kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagai kepala pemerintahan, mengatur siasat dengan membentuk tentara.

D.Gambaran Keimanan ketika Hijrah ke Madinah
   Pada saat hijrah ke Madinah sangatlah kuat keimanan mereka karena bukan sembarang orang mau melakukan hal itu. Karena mereka harus meninggalkan keluarga, harta benda, dan lainnya.
Dalam suku Arab hanya dapat dikenali melalui ikatan kesukuannya. Jika ikatannya terputus maka ia pun menjadi ‘orang-hilang’ yang tanpa makna sekecil apapun. Siapa saja bisa membunuh si ‘orang-hilang’ itu tanpa harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Berhijrah berarti juga memutuskan diri dari ikatan kesukuan yang dimilikinya. Inilah pengorbanan terbesar yang telah dipilih oleh Nabi Muhammad (SAW) dan para pengikutnya, karena siapapun tidak perlu merasa takut untuk membunuh mereka.
   Peristiwa Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah sarat akan makna, nilai dan keteladanan. Diantara makna, nilai dan keteladanan dari peristiwa hijrah adalah:
Pertama, hijrah mengajarkan kita  akan makna cinta dan pengorbanan di jalan Alloh. Apakah yang mendorong generasi pertama Islam rela meninggalkan tanah kelahiran yang telah memberinya nafas kehidupan, yang telah mengeraskan tulang-tulang mereka dan yang telah memberikan mereka sebagian kenangan yang manis dalam kehidupan?.Jawabannya adalah cinta.
Kedua, hijrah mengajarkan kepada kita akan makna ukhuwah Islamiyah. Peristiwa hijrah telah menampilkan sebuah kisah nyata yang sangat mengagumkan dalam sejarah kemanusiaan. Kisah tentang persaudaraan, solidaritas dan persatuan yang diikat oleh sebuah keyakinan suci bernama Islam. Keyakinan tersebut telah mempersaudarakan  bangsawan persia dan budak Habasyah, menyatukan saudagar Qurays yang kaya raya dengan penggembala kambing yang miskin.
Ketiga, hijrah adalah kemenangan. "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan".(Q.S.At Taubah : 20).

E.Persaudaraan Muhajirin dan Ansyor.
   Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin sampai pada tingkat mereka saling mewarisi harta bendanya. Tujuan beliau mempersaudarakan antara para sahabatnya, agar tak terpupus rasa keterasingan dan agar beliau merasa ada yang menghibur setelah meninggalkan sanak-keluarga, dan mereka saling menopang.
   Ketika Islam mulai berjaya dan kaum Muhajirin telah membaur dan perasaan keterasingan telah lenyap, kebiasaan saling mewarisi harta dihapuskan, kemudian setiap orang mukmin menjadi bersaudara, dengan turunnya QS. Al-Hujurat : 10.
   Ibnu Ishaq bekata, “Ketika Allah Ta’ala mengizinkan Rasulullah berperang, kaum Anshar masuk Islam, menolong beliau dan para pengikut beliau, serta melindungi kaum Muslimin yang datang ke tempat mereka, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan sahabat-sahabatnya kaum Muhajirin dari kaumnya dan kaum muslimin yang lain di Makkah untuk hijrah ke Madinah dan bergabung dengan saudara-saudara mereka, ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan untuk kalian saudara-saudara dan negeri yang kalian merasa aman di dalamnya.’ Kemudian kaum Muslimin Makkah hijrah ke Madinah kelompok per kelompok. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menetap di Makkah menunggu izin dari Tuhannya untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah.[5]

Daftar Pustaka 
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.2010.Sirah Nabawiyah.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Yatim, Badri.2008. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Rajawali Pers.
Ibnu Hisyam.2000.Sirah Nabawiyah.Bekasi: PT Darul Falah.



[1] .HR.Imam Bukhari dalam al-adab al-Mufrad, Imam Ahmad, dan Imam Al-Hakim.
[2] Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri.2010.Sirah Nabawiyah.Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

[3] Rahman Lil-‘alamin, 1/57; Talqihul-Fuhum, hal 61 ; Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, 1/317-318.
[4] Harun Nasution,Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, (Jakarta:UI Press, 1985, cetakan kelima), hlm. 101.
[5] Ibnu Hisyam.2000.Sirah Nabawiyah.Bekasi: PT Darul Falah.

No comments:

Post a Comment